Minggu, 13 Desember 2009

Kopi Darat dengan teh Dian Akbas


Alhamdulillah, Jumat 11 Desember 2009 yg lalu saya sudah mempererat dan semakin memperluas jalur silaturahmi, sungguh luar biasa.

Hal ini berawal dari sebuah situs jejaring sosial yg berinisial fb. Suatu ketika saya dan paman saya yg selama ini saya anggap sebagai kakak (soal'a umur'a cuma beda dua tahun) ingin mengambil sebuah program schollarship yang merupakan hasil dari kerjasama pemerintah indonesia dan turki, yaitu beasiswa untuk menyelesaikan program s1 di universitas negeri di turki. tentu jika saya dan paman saya mengambil beasiswa ini, saya dan paman saya membutuhkan paling tidak informasi2 dasar tentang kehidupan di turki. mulai dari sini paman saya berinisiatif untuk mencari informasi dari warga negara indonesia (WNI-Red) yang bertempat tinggal di turki.

Dengan men-search situs2 tentang turki yang ditulis dengan bahasa Indonesia, akhir'a paman saya menemukan sebuah blog yang menceritakan tentang kehidupan seorang wni yang bertempat tinggal di turki, situs blog tersebut adalah , paman saya berkenalan dengan pemilik blog yang bernama dian akbas, dari sinilah pertemanan ini dimulai. dengan meminta nama acount fb'a, paman saya banyak bertanya kepada beliau mengenai informasi2 kehidupan di turki. diikuti kemudian dgn saya, stlah menjadi friend beliau, saya mencoba bertanya2 mengenai kehidupan disana.

Akhirnya dari jawaban2 yang saya terima dari Teh Dian (begitu saya memanggil Dian Akbas), saya dapat simpulkan bahwa dana yang saya terima dari beasiswa sangat kecil bila dibandingkan dengan kebutuhan saya jika saya hidup disana. Setelah dibicarakan dengan orang tua, akhirnya orang tua saya tidak mengizinkan saya mengambil beasiswa tersebut. sedangkan paman saya yang tergolong nekat, dia sempat ingin tetap bersikukuh mengambil beasiswa tersebut, yang akhirnya membuat kakaknya (ibu saya) marah besar. Daro situ kami tidak jadi mengambil beasiswa tersebut.

Walaupun kami tidak jadi mengambil beasiswa tersebut, kecintaan paman saya kepada negeri yang dahulunya merupakan negara yang dikuasai kekaisaran ottoman ini tidak berhenti sampai disitu. Paman saya malah semakin gencar menjalin silaturahmi dengan orang2 yang berasal dari negeri tersebut, baik itu wni yang ada di turki, warga turki asli, maupun warga negara turki yang berada di Indonesia.

Suatu ketika paman saya memberitahukan bahwa teh dian akan pulang kampung ke bandung dimana bandung adalah tempat dimana saya berkuliah, maka tidak lama kemudian saya langsung chatting dgn teh dian menanyakan kapan kepulangan'a, memang benar, saat itu teh dian bilang akan pulang ke tanah air ketika 'lebaran haji' tiba.

beberapa hari berjalan saya mulai lupa akan hal kepulangan teh dian, sampai akhirnya pada minggu 06 desember 2009 paman saya memberitahukan bahwa beliau akan datang ke bandung dan akan menumpang di kosan saya untuk beberapa hari. Akhirnya di hari kamis, paman saya tiba di bandung dan langsung mengatakan tujuannya datang ke bandung, yaitu untuk kopdar dengan teh dian akbas. Lumayan gembira akhirnya ada juga saudara saya yang datang ke kosan. ^_^

Sebenarnya timing kedatangan paman saya agak kurang pas, karena di hari jumat, sabtu, minggu saya ada agenda Laporan Pertanggung Jawaban BEM KBM ITTelkom. Sampai akhirnya di hari jumat, saya dan paman saya bersiap untuk shalat di Masjid Salman ITB, dimana bakda shalat jumat saya dan paman akan bertemu dengan teh dian.
Setelah shalat jumat kami tidak langsung bertemu dgn teh dian, karena paman saya mengajak berbelanja sebentar, saya sendiri hanya membeli sebotol kecil parfum dan sebuah celana, berbeda dengan paman yang berbelanja gunting sasak (^^),, yang dilanjut dengan menikmati es durian di tengah siang yang terik.

15 menit kemudian kami menuju sebuah kantor inkubator bisnis yang masih berada di kompleks ITB, tepatnya di sebuah rumah kantor nomor 15 yang dijaga oleh dua orang satpam. setelah menanyakan keberadaan teh dian, kami langsung dipersilahkan masuk dan bertemu dengan teh dian. saya sempat mengerutkan kening ketika itu, teh dian sedikit berbeda dgn yang ada di foto. waktu itu teh dian ditemani oleh buah hatinya tercinta yang sangat lucu, Emine namanya, anak perempuan teh dian yang berusia 3 Tahun 8 Bulan. lumayan lama kami mengobrol, perasaan canggung pun awalnya ada, namun teh dian yang bisa dibilang friendly bisa menghilangkan rasa canggung.
emine yang lucu awalnya agak sedikit malu2 ketika brtmu kami, sampai2 berulang kali minta diantar pipis ke mama'a (^_^).
saya dan paman yang lupa membawa buah tangan sempat kebingungan sebelumnya, bingung bercampur malu lebih tepatnya. untung saya membawa dua buah gantungan kunci mickey mouse yang kemudian bisa
menyogok
emine untuk mau berbicara,, lucu memang anak kecil itu, harus disogok dulu, baru mau buka mulut. emine lumayan senang dengan hadiah yang saya berikan, emine langsungkan cium tangan ketika kami memberikan gantungan kunci itu, dan terjadi suatu hal yang mencengangangkan setelah itu. yaitu ketika emine mengatakan sebuah kata
harese
ketika meminta mama'a untuk membukakan label yang ada di gantungan. Harese adalah kata yang berasal dari bahasa sunda yang berarti susah atau sulit. Lucu memang ketika orang turki (bule, atau mungkin orang luar negeri) berbicara bahasa sunda. kami yang ada disitu sempat tertawa dibuatnya. ironis memang jika melihat emine yang memang besar di turki mampu menggunakan beberapa kata2 sunda bila dibandingkan dengan orang yang besar di indonesia namun tidak bisa menggunakan bahasa daerahnya.

setelah cukup lama ngobrol2 dgn teh dian dan emine, kami pun minta diri untuk kemudian menuju tujuan berikutnya. Emine sempat melambaikan tangannya sebagai tanda perpisahan. Sungguh pertemuan yang menyenangkan.

Namun ada satu hal penting yang terlupakan, yaitu kami lupa untuk berfoto sebagai tanda kenangan. Tapi mungkin di lain kesempatan kami akan berfoto sebagai tanda kenangan, mungkin saja nanti kami berkunjung ke turki dan
KopDar
di Turki. Amin..
Sungguh hari yang menyenangkan.

Muhammad Ardi Kurniadi.

Bandung, 14 Desember 2009.

Rabu, 09 Desember 2009



Habibie, Bacharuddin Jusuf
Sosok Manusia Multidimensional



Mantan Presiden RI Ketiga, Si Jenius ilmuwan konstruksi pesawat terbang, ini selalu menjadi berita hangat . Pada masa emas kejayaan dengan segudang jabatan diemban, dialah manusia paling multidimensional di Indonesia. Ia manusia cerdas ajaib yang sempat menghadirkan selaksa harapan kemajuan teknologi demi kejayaan negeri ini.

Agak aneh, memang, anak bangsa yang satu ini. Dia hanya setahun kuliah di ITB Bandung, 10 tahun kuliah hingga meraih gelar doktor konstruksi pesawat terbang di Jerman dengan predikat Summa Cum laude. Lalu bekerja di industri pesawat terbang terkemuka MBB Gmbh Jerman, sebelum memenuhi panggilan Presiden Soeharto untuk kembali ke Indonesia.

Di Indonesia dia 20 tahun menjabat Menteri Negara Ristek/Kepala BPPT, memimpin 10 perusahaan BUMN Industri Strategis, dipilih MPR menjadi Wakil Presiden RI, dan disumpah oleh Ketua Mahkamah Agung menjadi Presiden RI menggantikan Presiden RI ke-2 Soeharto

Itulah sosok dan kilas balik singkat perjalanan hidup B.J. Habibie, lelaki kelahiran Pare-Pare, 25 Juni 1936 ini. Dia penuh kontroversi dan merupakan sosok manusia paling multidimensional di Indonesia. Begitu banyak kawan-kawannya dan nyaris segitu banyak pula orang yang tak setuju dengan sepakterjang tokoh industri pesawat terbang kelas dunia yang memperoleh berbagai penghargaan, salah satunya paling berkelas adalah Theodhore van Karman Award, yang dianugerahkan oleh International Council for Aeronautical Sciences) pada pertemuan tahunan dan konggres ke-18 ICAs yang diselenggarakan di Beijing, China tahun 1992 dari Pemerintah China.

Ketika dia mendirikan ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia) dan didaulat menjadi Ketua Umum, misalnya, sebagai antitesa berdiri pula Forum Demokrasi (Fordem) pimpinan Abdurrahman Wahid alias Gus Dur yang populis dan egaliter serta inklusif. ICMI, yang dalam perjalanan selanjutnya praktis menjadi kekuatan politik Habibie, oleh Gus Dur dituding sebagai sektarian karena itu kurang bagus untuk masa depan sebuah bangsa yang majemuk seperti Indonesia.

Ketika pada 10 Agustus 1995 dia berhasil menerbangkan pesawat terbang N-250 “Gatotkoco” kelas commuter asli buatan dan desain putra-putra terbaik bangsa yang bergabung dalam PT Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN, kini menjadi PT Dirgantara Indonesia), dia diserang pelaku ekonomi lain bahwa yang dibutuhkan rakyat Indonesia adalah beras bukan “mainan” pesawat terbang.

Pemikiran ekonomi makro Habibie yang terkenal dengan Habibienomics, dihadirkan oleh lingkarannya sebagai counter pemikiran lain seperti Widjojonomics (yang sesungguhnya merupakan Soehartonomic). Ketika Habibie berhasil melakukan imbal-beli pesawat terbang “Tetuko” CN-235 dengan beras ketan itam Thailand, dia diledekin, pesawat terbangnya hanya sekelas ketan itam.

Dan kontroversi paling hangat adalah ketika dia menawarkan opsi otonomi luas atau bebas menentukan nasib sendiri kepada rakyat Timor Timur, satu propinsi termuda Indonesia yang direbut dan dipertahankan dengan susah payah oleh rezim Soeharto. Siapapun dia orangnya tentu ingin bebas merdeka termasuk rakyat Timor Timur, sehingga ketika jajak pendapat dilakukan pilihan terhadap bebas menentukan nasib sendiri (merdeka) unggul mutlak.

Dan kontroversi paling hangat adalah ketika dia menawarkan opsi otonomi luas atau bebas menentukan nasib sendiri kepada rakyat Timor-Timur (Tim-Tim), asatu propinsi termuda Indonesia yang direbut dan dipertahankan dengan susah-payah oleh Rezim Soeharto. Siapaun dia orangnya tentu ingin bebas merdeka termasuk rakyat Tim-Tim. Sehingga ketika jajak pendapat dilakukan pilihan terhadap bebas menentukan nasib sendiri (merdeka) unggulk merdeka.

Masalah Tim-Tim, salah-satu yang dianggap menjadi penyebab penolakan pidato pertanggungjawaban Habibie dalam Sidang Umum MPR RI hasil Pemilu 1999. Pemilu terbaik paling demokratis setelah Pemilu tahun 1955. penolakan ini membuat BJ, Habibie tidak bersedia maju sebagai kandidat calon presiden (Capres).

Kjetika Habibie menjabat presiden hampir tidak ada hari tanpa demontrasi. Demontrasi itu mendesak Habibie merepon tuntutan reformasi dalam berbagai bidang kehidupan berbangsa dan bernegara, seperti kebebasan pers, kebebasan berpolitik, kebebasan rekrutmen politik, kebebasan berserikat dan mendirikan partai politik, mebebasan berusaha, dan berbagai kebebasan lainnya. Namun kendati Habibie merespon tuntutan reformasi itu, tetap saja pemerintahannya dianggap merupakan kelanjutan Orde Baru . Pemerintahannya yang berusia 518 hari hanya dianggap sebagai pemerintahan transisi.

Keinginan Habibi mengakselerasi pembangunan sesungguhnya sudah dimulainya di Industri pesawat Terbang Nusantara (IPTN) dengan menjalankan program evolusi empat tahapan alih tehnologi yang dipercepat “berawal dari akhir dan berakhir diawal.”

Empat tahapan alih tehnologi itu, pertama, memproduksi pesawat terbang berdasarkan lisensi ituh dari industri pesawat terbang lain, hasilnya adalah NC 212 lisensi dari CASA Spanyol. Kedua, memproduksi pesawat terbang secara bersama- sama, hasilnya adalah “Tetuko” CN-235 berkapasitas 30-35 penumpang yang merupakan produksi kerjasama antara aqual antara IPTN dengan Casa Spanyol.

Ketiga, mengintegrasikan seluruh tehnologi dan sistem konstruksi pesawat terbang yang paling mutakhir yang ada di dunia menjadi sesuatu yang sama sekali didesain baru, hasilnya adalah “Gatotkoco” N-250 berkapasitas 50-60 pemumpang yang dikembangkan dengan teknologi fly-by-wire.

Keempat, memproduksi pesawat terbang berdasarkan hasil riset kembali dari awal, yang diproyeksikan bernama N 2130 berkapasitas 130 penumpang dengan biaya pengembangan diperkirakan sekitar 2 milyar dolar AS.

Empat tahapan alih tehnologi yang dipercepat didefinisikan “bermula dari akhir dan berakhir di awal,” memang sukar dipahami pikiran awam. Habibie dianggap hanyut dengan angan-angan teknologinya yang tidak memenuhi kebutuhan dasar tehnologi Indonesia, yang ternyata nenbuat sepeda saja secara utuh belum sampai.

Pemerintah orde baru sangat memanjakan program empat tahapan alih tehnologi Habibie dengan menempatkan berbagai proyeknya sebagai industri strategis yang menyedot banyak dana. Satu diantaranya, yang paling spetakuler, adalah IPTN, yang memerlukan subsidi.

Ketika masa reformasi, IMF mencantumkan dalam LOI (Letter Of Intent), bahwa pemerintah Indonesia tidak boleh lagi memberikan subsidi kepada IPTN, (Perusahaan ini kemudian menjadi IPTD). Otomatis perusahaan yang sudah menyusun program produksi baru, terpaksa merumahkan dan mem-PHK- 6000 karyawannya.

Lalu, dalam kesempatan deklarasi pendirian Masyarakat Ilmuwan dan Tehnologi Indonesia (MITI), Habibie menyebut hancurnya IPTN adalah ulah IMF yang menghambat Pemerintah RI membantu pengembangan pesawat terbang dengan mencantumkan klausal pencabutan subsidi dalam Letter Of Intent (LOI).

Nasionalisme
Istri adalah alasan utama Habibie untuk bolak-balik tinggal di Jerman. Pendamping hidup sekaligus teman suka dan duka yang sudah dikenal anak-anak umur 14 tahun, dr Hasri Ainun Habibie. Putri keempat H. Mohammad Besari itu disebut terbaring menjalani perawatan di sebuah rumahsakit di Jerman. Habibie ingin untuk selalu harus bisa mendampingi istri, dan harapnya istri juga akan sealu bisa mendampinginya. Menurut tim dokter yang menanganinya, Hasri Ainun belum dibenarkan tinggal atau berkunjung kedaerah tropis karena kelembabannya tinggi. Karena itu, tim dokter merekomendasikan untuk tinggal di Jerman sampai sehat secara tuntas.

Kendati demikian, kepulangan ke tanah air Habibie agaknya hanya karena dia ingin dikenang sebagai manusia yang baik. “Mungkin saat ini tak disadari. Tapi bisa jadi, berguna satu saat kelak, bila saya sudah tiada nanti," tutur lelaki itu, lirih,’ demikian tulis Liputan6.com. Adalah stasiun TV SCTV ini, dikenal sangat dekat dengan Habibie, yang pada 2 Juli 2002 menyiarkan langsung dari Jerman kesaksian Habibie dalam kasus pelanggaran HAM berat Timtim untuk kebutuhan persidangan di Pengadilan Ad Hoc HAM Jakarta Pusat.

Habibie menyebutkan presiden itu bukan segala-galanya. Walau jenius dengan memperoleh royalti atas delapan hak paten hasil temuannya sebagai ilmuwan konstruksi pesawat terbang seperti dari Airbus dan F-16, dia mengaku masih banyak yang jauh lebih baik dari dirinya. Lama bermukim di lingkungan yang sangat menghargai ketokohan dan personality setiap orang, Habibie mendefinisikan jika ingin dihargai maka yang diperhatikan orang lain adalah sikap yang tak berubah terhadap lingkungan.

Menurutnya status, jabatan, dan prestasi bukan alasan untuk berubah terhadap lingkungan. Itulah sebabnya, ketika sudah menjadi RI-1 sikap Habibie terhadap lingkungan tetap tidak berubah. Malah semakin menampakkan watak aslinya, misalnya tidak mau diam dan bergerak sesuka hati padahal sudah ada aturan protokoler yang harus dipatuhi. ►TI/tsl/ht

*** TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia)

Selasa, 08 Desember 2009

Biografi Mahmud Ahmadinejad


Mahmud Ahmadinejad atau bisa dibaca Ahmadinezhad (bahasa Persia: محمود احمدی‌نژاد ; lahir di Aradan, Iran, 28 Oktober 1956; umur 53 tahun[2][3]) adalah Presiden Iran yang keenam dan memperoleh 61.91% suara pemilih pada pilpres Iran tanggal 24 Juni 2005.[3] Jabatan kepresidenannya dimulai pada 3 Agustus 2005.[1] Ia pernah menjabat walikota Teheran dari 3 Mei 2003 hingga 28 Juni 2005 waktu ia terpilih sebagai presiden[2]. Ia dikenal secara luas sebagai seorang tokoh konservatif yang sangat loyal terhadap nilai-nilai Revolusi Islam Iran, 1979.[1]

Keluarga

Lahir di daerah desa pertanian Aradan, dekat Garmsar, sekitar 120 kilometer arah tenggara Teheran. Dia merupakan anak keempat dari tujuh bersaudara, berasal dari keluarga Syiah. Orang tuanya,seorang Tukang Besi, Ahmad Saborjihan, memberi nama Mahmud Saborjihan saat lahir. Dia menggunakan nama tersebut hingga sebuah keputusan besar mendorong keluarganya untuk hijrah ke Teheran pada paruh kedua tahun 1950-an. Di Teheran, ayahnya merubah namanya menjadi Mahmud Ahmadinejad sebagai isyarat religiusitas dan semangat mencari kehidupan yang lebih baik, karena Saborjihan dalam bahasa Parsi berarti pelukis karpet, pekerjaan yang jamak dilakukan di sentra karpet seperti Aradan, sedangkan Ahmadinejad berarti ras yang unggul, bijak dan paripurna.[2]

Pendidikan

Dia lulus dari Universitas Sains dan Teknologi Iran (IUST) dengan gelar doktor dalam bidang teknik dan perencanaan lalu lintas dan transportasi.

Pada tahun 1980, dia adalah ketua perwakilan IUST untuk perkumpulan mahasiswa, dan terlibat dalam pendirian Kantor untuk Pereratan Persatuan (daftar-e tahkim-e vahdat), organisasi mahasiswa yang berada di balik perebutan Kedubes Amerika Serikat yang mengakibatkan terjadinya krisis sandera Iran.

Bergabung dengan Imam Khomeini

Pada masa Perang Iran-Irak, Ahmedinejad bergabung dengan Korps Pengawal Revolusi Islam pada tahun 1986. Dia terlibat dalam misi-misi di Kirkuk, Irak. Dia kemudian menjadi insinyur kepala pasukan keenam Korps dan kepala staf Korps di sebelah barat Iran. Setelah perang, dia bertugas sebagai wakil gubernur dan gubernur Maku dan Khoy, Penasehat Menteri Kebudayaan dan Ajaran Islam, dan gubernur provinsi Ardabil dari 1993 hingga Oktober 1997.

Walikota Teheran

Ahmadinejad lalu terpilih sebagai walikota Teheran pada Mei 2003. Dalam masa tugasnya, dia mengembalikan banyak perubahan yang dilakukan walikota-walikota sebelumnya yang lebih moderat dan reformis, dan mementingkan nilai-nilai keagamaan dalam kegiatan-kegiatan di pusat-pusat kebudayaan. Selain itu, dia juga menjadi semacam manajer dalam harian Hamshahri dan memecat sang editor, Mohammad Atrianfar, pada 13 Juni 2005, beberapa hari sebelum pemilu presiden, karena tidak mendukungnya dalam pemilu tersebut.

Presiden Mohammad Khatami pernah melarangnya menghadiri pertemuan Dewan Menteri, suatu hak yang biasa diberikan kepada para walikota Teheran. Hal ini dikarenakan pada waktu Khatami menuju Universitas Teheran, Khatami terjebak macet. Khatami mengkritik Ahmadinejad yang saat itu menjabat walikota Teheran. Namun bukannya tergesa-gesa membereskan masalah tersebut, Ahmadinejad justru berkata: "Bersyukurlah karena presiden kita telah merasakan kehidupan rakyatnya yang sesungguhnya". Namun Ahmadinejad tetap santai menghadapi larangan tersebut.

Sebagai Presiden Iran

Setelah dua tahun sebagai walikota Teheran, Ahmadinejad lalu terpilih sebagai presiden baru Iran. Tak lama setelah terpilih, pada 29 Juni 2005, sempat muncul tuduhan bahwa ia terlibat dalam krisis sandera Iran pada tahun 1979. Iran Focus mengklaim bahwa sebuah foto yang dikeluarkannya menunjukkan Ahmadinejad sedang berjalan menuntun para sandera dalam peristiwa tersebut, namun tuduhan ini tidak pernah dapat dibuktikan.

Kontroversi

Kutipan pernyataannya dalam sebuah pertemuan di hadapan para mahasiswa pada 26 Oktober 2005 dari pernyataan Ayatollah Khomeini yang menyerukan agar Israel "dihapus dari peta dunia" memicu kontroversi. Selain, menuai kecaman dari berbagai pemimpin dunia, termasuk Presiden Shimon Peres. Peres bahkan membalas dengan menuntut agar Iran dikeluarkan dari keanggotaan di Perserikatan Bangsa-bangsa.

Pernyataan yang kontroversial ini diulang kembali pada 14 Desember 2005. Saat itu, ia berkata bahwa Holocaust (peristiwa pembantaian terhadap kaum Yahudi oleh rezim Nazi pada masa Perang Dunia II) hanyalah sebuah mitos yang digunakan bangsa Eropa untuk menciptakan negara Yahudi di jantung dunia Islam. Ia juga sempat menyelenggarakan konferensi tentang Holocaust.

Sementara, kritik dalam negeri mengenai kebijakan domestik dan luar negeri terus mengalir deras. Kritik datang dari tokoh ulama besar Ayatollah Hossein Ali Montazeri. Merujuk retorika Ahmadinejad terhadap Amerika Serikat, Montazeri menyatakan bahwa sangat perlu bertindak logis terhadap musuh dan tidak memprovokasi. Bagi Montazeri, ekstremisme tidak berbuah baik untuk rakyat.

Iran menegaskan bahwa pengembangan teknologi nuklir merupakan hak yang tidak bisa disangkal meskipun Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi yang menuntut Iran untuk menghentikan program pengayaan uranium. Ahmadinejad mendapat kritikan dari kalangan konservatif maupun reformis mengenai kebijakan ekonominya dan cara dia menangani isu nuklir Iran.